Powered by Blogger.
RSS

indonesian homework

Koda adalah pernyataan yang diberikan oleh narator yang mengisyaratkan sebuah naratif telah berakhir. Dari data yang ada, responden mengakhiri naratifnya dengan ungkapan (31) yang kepikir universitas negeri (31) jadi gak kepikir [ke Universitas] Atma Jaya, dengan kata lain keberadaan koda diwakilkan dalam bentuk frase implisit,  yakni [UI saja]. Pernyataan terakhir yang diungkapkan oleh narator tidak lain adalah jawaban dari pertanyaan, kenapa UI? Sehingga dapat dikatakan bahwa koda juga merupakan urutan naratif yang mengembalikan naratif seperti ketika dalam keadaan awalnya dan menutup kemungkinan sebuah pertanyaan, apa yang terjadi kemudian?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

nadia lovers


nad, sorry klo cuma ini thok

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

nadia


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

bla


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan. Atas Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Karya Wisata Rohani  ini. Selama proses penulisan laporan, tidak terlepas dari hambatan dan rintangan, namun atas segala bantuan dan saran-saran dari berbagai pihak akhirnya penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Antonius Wirato Adi, S.S. selaku guru Agama SMP PL DOMENICO SAVIO Semarang yang telah memberikan bimbingan dan arahan.
2.      Dra. Mei Poniastuti selaku Wali Kelas penulis yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dorongan dan motivasi.
3.      Teman-teman satu kelas SMP PL DOMENICO SAVIO Semarang yang telah membantu dalam pelaksanaan laporan ini.
4.      Ayah dan Ibu yang selalu memberikan semangat dan doa.
5.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu baik secara moril maupun materiil dalam menyelesaikan laporan ini.
               Penulis berharap mudah-mudahan semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan kebajikan dari Tuhan YME. Amien
               .
         

            Semarang, 3 Februari 2013

    
Penulis





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR    ................................................                     1
DAFTAR ISI                ...................................................                    2
SEJARAH VAN LITH ..................................................                     3
SEJARAH FIC            .....................................................                   10
SEJARAH MUSEUM MISI ..............................................                    11
SEJARAH SEMINARI ..................................................                  14
HASIL REFLEKSI      ...................................................                   17















LAPORAN WISATA ROHANI
OLEH: BUNGA KASIH S.

1.   
Nama “Van Lith” yang melekat di sekolah SMA PL Van Lith merupakan nama yang diambil dari Franciscus Georgius Josephus Van Lith seorang misionaris Belanda yang ditugaskan di Indonesia. Penggunaan nama “Van Lith” menunjukkan bahwa sekolah ini dinaungi, diilhami, dan disemangati oleh cita-cita luhur Romo Van Lith.
SEJARAH SMA PL VAN LITH:
Gambar 01 Romo Van Lith
  Romo Fransiskus Gregorius Van Lith ,Sj.  dilahirkan di Oirachot, Belanda pada tanggal 17 Mei 1863. Beliau datang ke Jawa tahun 1896, meninggal di Semarang pada tanggal 17 Mei 1926. Dan dimakamkan di Muntilan. Pada tahun 1952 sekolah tersebut diserahkan kepada Kongregasi Bruder FIC, yang dalam perkembangannya menjadi SGB, SMP, dan kemudian SGA Xaverius.Pada tahun 1966 SGA Xaverius berganti nama menjadi SPG Van Lith.  Pada tahun 1991 Pemerintah menutup semua SPG di seluruh Indonesia dan SPG Van Lith beralih fungsi menjadi SMA Pangudi Luhur Van Lith Berasrama dengan status Disamakan berdasarkan Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah No. 488/C/Kep/I/92 tanggal 31 Desember 1992.  Kampus SMA Pangudi Luhur Van Lith yang sekarang ini, sebelumnya pernah digunakan untuk mendidik calon guru SD dengan sistem asrama yang didirikan oleh Pastor Fransiskus Georgeorius Yosephus Van Lith, SJ. pada tahun 1904. Sekolah Guru tersebut berupa R.C Kweekschool dan Normaalschool. TahunTahun 1900 didirikan ”Sekolah Calon Katekis /Calon Guru Agama”. 17 Maret 1904 didirikan RC Kweekschool (Sekolah Guru) dalam naungan kolese Xaverius dengan sistem asrama. Tahun 1906 didirikan sekolah Guru untuk kepala sekolah. Tahun 1907 didirikan Sekolah Guru dengan bahasa Belanda sebagai pengantarnya dilengkapi Hollands Inslandse School (Sekolah Angka Satu (HIS)) sebagai sekolah untuk latihan siswanya. Tahun 1913 Kweekschool  diubah menjadi Normaalschool ( sekolah guru Jawa dengan pengantar bahasa Belanda waktu belajar 4 tahun). Tahun 1935 sesuai dengan kebijakan pemerintah Belanda maka kolese Xaverius diubah menjadi Sekolah Guru 6 tahun. Dalam masa pendudukan Jepang, kolese Xaverius digunakan untuk asrama polisi dan untuk interniran (tempat tahanan sipil), sehingga kegiatan pendidikan berhenti total. Setelah merdeka kolese Xaverius dibuka kembali. Tahun 1950 Normaalschool dijadikan SGB (Sekolah Guru B 4 tahun).  Pada bulan juli 1952 diserahkan pengelolanya kepada Bruder-bruder FIC. Tahun 1955 SGB ditutup dan dibuka SMP Pangudi Luhur berasrama ( SMP Xaverius). Tahun 1959 SMP Xaverius diubah menjadi SGA (Sekolah Guru Atas) Xaverius. Tahun 1966 SGA Xaverius diganti menjadi SPG Van Lith. Tahun 1991 SPG Van Lith ditutup. 31 Desember 1992 SPG Van Lith diganti SMA Van Lith berasrama bagi siswa putra-putri. Forum Komunikasi Penyelenggara Mitra Sekolah (FKMPP) SMA Van Lith adalah Forum yang didirikan berdasarkan keprihatinan bagaimana membangun komunikasi dan jaringan yang efektif antara pihak sekolah dengan orang tua/wali murid sebagai mitra penyelenggara pendidikan di SMA Van Lith. Komunikasi dan jaringan itu dimaksudkan agar semakin terjadi kerjasama partnership, saling menguntungkan dan atas dasar saling membutuhkan, demi kepentingan siswa-siswi.

Fasilitas di SMA PL Van Lith :
1.       Asrama Putera dan Puteri terdiri atas 24 unit dengan daya tampung 100 putera dan 80 puteri
2.       Ruang Kelas terdiri atas 18 ruang
3.       Perpustakaan dan ruang baca
4.       Ruang Laboratorium yang meliputi: Lab. Kimia, Lab Biologi, Lab Komputer, Lab Fisika dan Lab Bahasa
5.       Ruang-ruang lain seperti: aula, kantin, ruang musik, bangsal, ruang pamong, dan sebagainya
6.       Perlengkapan Olah Raga: 2 Lapangan Basket, 2 Lapangan Volley, Lapangan Bulutangkis, Tenis Meja, dan Tenis Lapangan, dan sebagainya.
7.       Peralatan Musik
8.       Tempat Ibadat
9.       Ruang UKS dan dokter sekolah
10.  Fasilitas lain yang memadai
Prestasi SMA PL Van Lith :

1996
Juara I Gelar musik pelajar se-Jateng dan DIY Trophy Gubernur Jateng, Keyboardis terbaik Gelar musik pelajar se-Jateng dan DIY Trophy Gubernur Jateng, Juara IV Lomba Kimia se-Jateng dan DIY Piala Rektor IKIP Yogyakarta.
1997
Juara I Paduan Suara Putri Pekan Seni Pelajar (KANIJAR) tingkat kabupaten, Juara II Seni Tari Pekan Seni Pelajar (KANIJAR) tingkat kabupaten, Juara IV (Favorit) Festival Band Pelajar se-karisidenan Kedu.
2000
Juara II Cheerleader / Dance Tingkat Karisidenan Kedu, Juara II Olympiade Teknik Kimia V Tingkat SMA Se-Jawa Bali Di Universitas Katolik Widyamandala Surabaya.
2002
Juara III Festival Musik HEXOS (Band ELCO).


2003 
Lomba Porda (Oktober 2003) : 1) Peringkat I Tim Basket Putri 2) Peringkat II Tim Basket Putra 3) Peringkat III Bulutangkis Single Putra 4) Peringkat III Bulutangkis Single Putri.
2004
Lomba di Universitas Sanata Dharma Yogya (April 2004) : 1) Peringkat I Speech Contest 2) Peringkat IV Debating Contest 3) Peringkat I dan II Desain WEBSITE.
Ciri lembaga pendidikan Van Lith :
       Sekolah kader mencetak pemimpin sebagai pelaku-pelaku perubahan sosial
       Berasrama yang mengintegrasikan pendidikan formal, informal, dan nonformal
       Mengintegrasikan intelektualitas, humanitas, sosialitas, dan religiositas
       Nasionalis è Diawali dengan mendidik orang pribumi Jawa agar pandai dan menyadari bahwa mereka sederajat dengan bangsa Belanda yang menjajahnya
       Mengapa Franciscus Georgius Josephus Van Lith lebih memilih mendirikan sekolah calon guru ?
      Karena saat itu guru memiliki kedudukan startegis untuk mendidik pelaku-pelaku perubahan social.
       Mengapa Franciscus Georgius Josephus Van Lith lebih memilih mendirikan sekolah berasrama?
      Karena asrama mampu mengintegrasikan pendidikan formal, informal, dan nonformal serta mengintegrasikan intelektualitas,  humanitas, sosialitas, dan religiositas.





Visi dan Misi SMA PL Van Lith :
Visi SMA Pangudi Luhur Van Lith adalah semangat Kerajaan Allah yang berintikan keselamatan bagi semua orang "terutama yang menderita dan terlupakan", yang diharapkan menjadi kenyataan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semangat tersebut diharapkan merasuki seluruh dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan usaha mewujudkannya terbuka untuk bekerja sama dengan semua saudara yang berkehendak baik.
Misi SMA Pangudi Luhur Van Lith adalah mendampingi kaum muda dengan mendahulukan yang miskin, melalui pendidikan sekolah berasrama. Proses pendidikan tersebut memadukan unsur-unsur pendidikan formal, informal dan nonformal yang mencangkup segi-segi religiositas, humanitas, sosialitas dan intelektualitas. Pencapaiannya dilakukan dengan cara yang luwes dalam suasana persaudaraan sejati yang saling asah, asih dan asuh.
Dasar dan Semangat SMA Pangudi Luhur Van Lith
1.       Dasar : Pancasila
2.       Semangat : Iman Kristiani
Tujuan SMA Pangudi Luhur Van Lith
1.       Mendampingi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi-potensinya secara optimal dalam bidang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai hidup yang diperlukan untuk siap melanjutkan ke perguruan tinggi maupun hidup di tengah masyarakat. Mendampingi peserta didik agar mampu terus menerus mengembangkan diri, sehingga pada waktunya dapat menjadi pemimpin yang tangguh, berbobot, dan berdedikasi tinggi demi kemajuan masyarakat, bangsa, negara, dan Gereja.
Guru Pendamping dan karyawan SMA PL Van Lith :
No
Nama
Jabatan
1
Br. FA. Dwiyatno, S.Pd, MSI, FIC
Rektor & Kepala Sekolah
2
Br. Andrianus Sulistyo, FIC
Kepala Asrama
3
R. Baluk Nugroho, S. Pd
Geografi
4
Drs. M. Purwadi Istiyanto
Bahasa Indonesia
5
Dra. C. Kistiyarni
Bimbingan Konseling
6
A. Sukirdjo
Fisika
 7
Drs. Y. Suwarinto
Matematika
8
Drs. Ant. Suratin
Sosiologi/Waka Kesiswaan
 9
Dra. C. Cosma Elsih Lestari
Fisika
10
Drs. AM. Wahyu Hendranta
Ekonomi Akuntasi / Sosiologi
11
Y. Dwi Wahyuono, S.Pd
Matematika
12
A. Eddy Prasetya, S.Pd
Penjaskes
13
Ag. Subiyanti, S.Pd, M .Pd
Bahasa Inggris / Waka Kurikulum
14
Dra. Th. Enik Mutiarsih
Biologi
15
Antonius Wisnu, S.Pd
Bahasa Inggris
16
Yuliana Dewi S., S.Pd
Bahasa Indonesia
17
A. Retno Dewanti, S.Fk
Pendidikan Agama/ Sarana Prasarana
18
L. Prihatin, S.Pd
Kimia
19
Marius Sudarwiyana, S.Pd
Kimia
20
Drs. D. Teguh Budi Pudya R
Tata Negara/Sejarah
21
Dra. Y. Muji Handayani
Bimbingan Konseling/Waka Humas
22
Drs. H. Cahya Anggara
Kewarganegaraan
23
Roswita Rumsari, S.Si
Biologi
24
M. Susilowati, S.Pd
Ekonomi-Akuntasi / Sosiologi
25
Th. Eka Oktavianti, S. Pd
Bahasa Inggris
26
Andreas Ari Budiyono, S.Sn
Pendidikan Seni
27
V. Apriliani Indah P,  S.Pd
Matematika
28
Liong Djoeng Lin
Bahasa Mandarin
29
Ratna Puspita
Bahasa Mandarin
31
Ant. Dwianta, S. Kom
TIK
31
Yosephine Retno Wilis
Administrasi Keuangan
32
Anik Iriyanti 
Administrasi Keuangan
33
Listijandi Wahjudi, S.
Laporan S
34
Ag. Suroso
Laboran
35
Awan Andriatmo
Perpustakaan
36
FX. Trisyanto
Perpustakaan
37
Br. Johanes Sugiyono, S.Ag  FIC
EKonom Asrama
38
Heribertus Eko Prasetyo
Pamong Kelas XII
39
P. Gara Hendratmoko
Pamong Kelas XI
40
Arnoldus Suluh
Pamong Kelas X
41
Sr. Carina, CB
Kepala Asrama dan Pamong Kelas XI
42
Sr. Baptista, CB
Pamong Kelas XI
43
Sr. Edhelberte, CB
Pamong Kelas X




Semboyan SMA PL Van Lith :

"Memardi Kartika Bangsa"

1.       Arti kata :
Memardi berasal dari kata "mardi" atau "merdi" (bahasa Jawa), "memardi" artinya 'membiasakan, mengajar, melatih supaya dan berusaha supaya.
Kartika berarti bintang. Dalam bahasa sastra kata ini dipakai untuk menggambarkan cita-cita yang tinggi, harapan di masa depan, terang atau pelita dalam kegelapan, pedoman arah, tetap, keteguhan prinsip, berat, berbobot (jawa=mentes).
Bangsa berarti hidup bersama. Dalam lingkup kecil hidup bersama adalah keluarga, asrama. Dalam lingkup lebih luas, hidup bersama adalah hidup bermasyarakat
(RT,RW,Kampung,Desa), lingkungan kerja, pergaulan sehari-hari. Dalam lingkup yang lebih luas lagi, hidup bersama bararti hidup bernegara.
2.       Makna :
Para penyelenggara SMA Pangudi Luhur Van Lith dengan seluruh kemampuan yang ada berusaha mengajar, melatih, membiasakan agar para peserta didik menempatkan diri menjadi "Kartika Bangsa" yang berarti sebagai berikut :
  • Mampu memiliki dan meraih cita-cita yang setinggi mungkin menurut kemampuan.
  • Harapan bangsa yang mampu tampil di masa depan, menjadi :
  • Manusia yang berkualitas, berbobot, baik dalam bidang keterampilan, ilmu, mental/kepribadian/moral, rohani.
  • Manusia yang memiliki ketetapan hati dan teguh dalam prinsip -prinsip yang benar, dengan demikian mampu menjadi :
  • Pedoman arah, terang dan pelita bagi sesama/masyarakat yang ada dalam kegelapan.
Para peserta didik dituntut untuk 'berusaha' melatih dan membiasakan diri supaya 'mereka dapat semakin mendekati cita-cita menjadi kartika bangsa' itu menurut bakat dan kemampuan yang dimilikinya serta menurut lingkup yang dapat dicapainya. Penyelenggara hanyalah bisa menghantar. Para peserta didiklah yang harus melangkah dan berlari mengejar.

Mars SMA PL Van Lith :
Agitato con spirito 2/4                     L/S : J.Sunarjo

Nyalakan, nyalakan Kobarkan, kobarkan
Api Van Lith di dadamu. Bawalah, bawalah
sebarkan sebarkan. Di sluruh tanah airmu.
Jadilah perintis, jadilah pelopor, dimasa
pembangunan. Kobarkan APIMU, sukseskan
tugasmu, revolusi penebusan.
Bernyala, berkobar, semangat APIMU
di dada putra-putrimu,
Serentak, serentak, kujunjung,
kusebar untuk Nusa dan Bangsaku.
Kuterjang perintang, kudobrak penghalang,
demi PANJIMU menang.
Putra dan Putrimu setia berjuang,
Apimu menyala terang.

Catatan:
Lagu ini diciptakan oleh Pak Soenarjo pada waktu masih menjadi Guru Bahasa Indonesia dan Kesenian di SPG Van Lith sebelum meletusnya G 30 S PKI 1965. Pada waktu itu Van Lith masih berbentuk SPG dimana para calon guru memiliki banyak kegiatan salah satunya adalah praktek mengajar agama. Pada jaman PKI kegiatan tersebut sering mendapat gangguan dan ejekan sehingga menurunkan mental para calon guru. Maka diciptakanlah sebuah lagu seruan yang bisa membangkitkan kembali semangat para murid SPG Van Lith, yang sekarang dikenal dengan Mars SMA Van Lith.


Melodi dan Instrumental: Ardiatmoko (Diot), Alumni Van Lith Angk. 5 -Kapel Sadhar 04 Agustus 2004.


Gambar 03 Gereja St. Antonius
Gambar 02 SMA PL Van Lith
          

2.       Sejarah Komunitas FIC Muntilan :
Gambar 04 Bruderan
Mulai munculnya Bruderan di Muntilan, pada Tanggal 26 Desember 1921 Br. Bonifasius, Br.Eustatius, Br. Wiro tiba di Tanjung Priok yang kemudian pada tanggal 30 Desember 1921, mereka membentuk komunitas di Muntilan, dengan pemimpin komunitas Br. Bonifasius. Kenapa Muntilan? Mau melanjutkan karya misi Rm Van Lith.

 
Pada waktu itu didirikanlah sekolah untuk calon guru, sebagai satu-satunya sekolah di Hindia Belanda. Jumlah muridnya mencapai lebih dari 200 terus berkembang pernah menjadi ribuan. Pada 17 Agustus 1922 datang dua bruder lagi menambah tenaga, yakni: Br. Gerontius dan Br. Siardus. Sehingga jumlah bruder 14 orang. Demi pendampingan siswa, maka dibangunlah konvik-konvik (asrama-asrama). Dari 1925 – 1929 didirikanlah 4 konvik untuk menampung lebih dari 200 murid. Pada 1924, sudah terdapat 2 calon bruder Jawa yang menjalani Novisnya di Belanda: Aloysius Sugiardjo dan Jacobus Hendrowarsito. Pada 1926: Br. Timotheus Wignjasubrata dan pada 1930 menyusul Br. Petrus Claver Atmasujitna à Pendidikan mereka di Belanda. Pada 21 Nopember 1930, dilakukan peletakaan batu pertama untuk mendirikan Bruderan ke-2 di Tanah Jawa. Pembangunan terhenti karena Merapi Melatus dengan sangat hebat. Pembangunan baru selesai dan diberkati pada 8 September 1931.
Mulainya pendidikan Calon karena Telah tersedia konvik-konvik yang kosong untuk para calon Bruder. Tempatnya menjadi satu dengan bruderan. Pada 1 Agustus 1936, dimulailah pendidikan calon bruder di Muntilan – Jawa hingga sekarang.


3.       Sejarah Museum Misi :

Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM)

Gambar 05 Museum Misi
Latar Belakang dan Sejarah Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM) mulai ada sejak 23 Juli 1998. Latar belakang (jauh) dari Museum Misi Muntilan, pada awalnya adalah "Refleksi Sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang (KAS) " yang merupakan salah satu kegiatan untuk merayakan tahun emas (50 th) Gereja KAS tahun 1991. Hasil refleksi tersebut dibukukan dalam buku "Sejarah Singkat Gereja KAS".
Museum Misi Muntilan muncul dalam dalam arti dimulainya suatu proses mencari-cari suatu bentuk pelayanan yang bias menjadi alternative untuk menjawab berbagai tantangan zaman di Keuskupan Agung Semarang. Kota Muntilan dipilih untuk lokasi karena bermacam-macam alas an, antara lain karena julukan sebagai "Betlehem Van Jawa".
Gedung Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM) pada tanggal 14 Desember 2004 diresmikan oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharyo.
Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM) adalah karya permuseuman yang menekankan pendalaman dan pengembangan pesan iman untuk kepentingan Pengembangan Gereja Lokal, sehingga Gereja semakin bermakna bagi warganya. Maka para pengunjung hanya akan dilayani kalau mau menyediakan waktu berada di MMM PAM paling tidak selama dua jam. Bahkan MMM PAM menerima kelompok-kelompok yang mau pendalaman hidup rohani paling tidak selama 5 jam. Tidak sedikit yang dilayani selama sehari-semalam bahkan tiga hari. Pola pelayanan seperti ini pernah menjadi perdebatan ramai, karena museum "kok untuk rekoleksi, retret, dan pelatihan".

Ternyata kini baru diketahui oleh Tim Kerja MMM PAM bahwa karya permuseuman itu ada dua macam: museograf dan museologi. Moseograf menekankan museum sebagai tempat menyimpan dan memelihara benda-benda koleksi. Museologi menekankan pesan hidup dari benda-benda koleksi untuk didalami dan dikembangkan dalam konteks hidup kongkret demi pengembangan hidup di masa depan.
Tanpa mengesampingkan dimensi moseograf, MMM PAM menekankan dimensi museologi. Ini sesuai dengan gambaran Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. I. Suharyo, untuk membuat MMM PAM sebagai museum hidup. Dalam MMM PAM ada upaya memelihara dan mengembangkan pola misioner rintisan Rama van Lith, S.J. dan teman-temannya yang kemudian dipercayakan kepada kaum pribumi. Maka MMM PAM amat menekankan Bidang Edukasi. Semua fungsionaris MMM PAM, termasuk Bidang Koleksi dan Bidang Konservasi-Preparasi, harus mampu ikut ambil bagian menjadi animator misioner sebagaimana ada dalam Bidang Edukasi.
Pengertian Umum :
Ketika MMM PAM sedang direncanakan, Uskup Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharyo, meminta agar museum misi di Muntilan menjadi museum yang hidup. Karya museum ini harus ikut ambil bagian membangun dan mengembangkan Gereja yang bermakna bagi warganya. Untuk kepentingan ini, maka Bidang Edukasi menjadi "nyawa" yang membuat hidup museum.

Dengan cita-cita membangun museum yang hidup, salah satu lembaga yang ada di Keuskupan Agung Semarang secara praktis dilebur menjadi lembaga MMM PAM. Lembaga yang dilebur itu bernama Pelayanan Pendampingan Penggembala Jemaat Keuskupan Agung Semarang (P3J KAS) yang dibentuk pada tahun 1981. Pada mulanya P3J KAS adalah Panitia Kerja Misioner yang menjalankan tugas-tugas Komisi Karya Misioner Keuskupan Agung Semarang (KKM KAS). Mulai dengan tahun 1990 P3J KAS bekerja dengan kantor yang efektif. Semenjak tahun 1997 P3J KAS juga menjadi pelaksana program kerja Karya Kepausan Indonesia Keuskupan Agung Semarang (KKI KAS). Ketika baru menjadi pelaksana kerja KKM KAS, P3J KAS hanya bergerak di bidang pengembangan pengurus, penggerak dan calon pengurus dan penggerak paroki. Namun pada tahun 1994 P3J KAS memang mulai merambah di kalangan anak-anak untuk mempersiapkan keterlibatan mereka di paroki, sehingga muncul program bina dewan paroki sejak dini. Perhatian kepada anak inilah yang membawa P3J KAS masuk ke karya KKI KAS. Karena Tim Kerja P3J KAS sudah cukup biasa menangani program-program misioner, maka semua fungsionaris dalam P3J KAS dimasukkan ke dalam Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM). Dengan surat Uskup Agung Semarang no. 1062/A/XI/06 pada tanggal 15 Desember 2006, KKM KAS dan KKI KAS dinyatakan sama seperti satu mata uang dengan dua sisi. Dalam surat itu juga dinyatakan bahwa MMM PAM menjadi sarana tugas perutusan KKM-KKI KAS.

Tugas Umum :
Pelaksanaan tugas Bidang Edukasi MMM PAM didasarkan pada Pedoman Pelaksanaan Komisi Karya Misioner Keuskupan Agung Semarang (PP KKM KAS). Pada dasarnya Bidang Edukasi membantu Uskup untuk menata dan menggerakkan karya misioner di Keuskupan Agung Semarang melalui pengembangan Gereja lokal sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban murid Kristus (PP KKM KAS ps. 3.1).
Sebagai pembantu Uskup yang diprogramkan dan dilakukan oleh Bidang Edukasi MMM PAM terutama menjamin terlaksananya gerakan partisipasi warga Katolik pada kerasulan Gereja (ps. 5). Dalam hal ini ada ada tiga macam bidang kerasulan yang menjadi perhatian MMM PAM (ps. 8) :
*Penumbuhan dan pengembangan iman umat pada umumnya.
*Pengembangan iman anak dan remaja.
*Pengembangan panggilan imam dan hidup bakti.

Pengembangan iman Kristiani dilakukan dengan tiga pegangan pokok: Kitab Suci, pedoman-pedoman dan tradisi Gereja, dan perkembangan situasi hidup dan budaya setempat (tanda-tanda zaman). Dalam hal ini MMM PAM ditempatkan sebagai salah satu dari tradisi Gereja, tetapi di Keuskupan Agung Semarang memiliki makna historis yang ikut membentuk warisan nilai-nilai iman sehingga terjadi ungkapan dan perwujudan Gereja lokal seperti sekarang. Di sini Bidang Edukasi bertugas menggali nilai-nilai warisan karya misi dari benda-benda koleksi yang dipandang memiliki makna pengembangan misioner untuk masa kini.

Dalam pelaksanaan tugas menggali nilai-nilai warisan misioner tersebut, Bidang Edukasi berupaya menjalankannya dengan model narasi kerakyatan, dalam arti tidak memakai pendekatan sistematis-akademis. Hal ini tidak berarti Bidang Edukasi mengesampingkan pendapat ahli dan buku-buku dalam perpustakaan. Semua (kisah-kisah lisan, pendampat ahli, buku-buku) diramu dan dikemas dalam olahan yang animatif (menyentuh lubuk hati) bagi pengunjung dan atau kelompok bina yang datang di MMM PAM. Kata animatif berasal kata Latin "anima" yang berarti jiwa. Maka tampilan segar dan menggembirakan menjadi ciri utama untuk mengusung pesan-pesan iman yang terkandung dalam benda-benda koleksi. Nyanyian, doa, yel-yel dan apa saja yang mampu menyentuh hati amat dihargai di dalam karya Bidang Edukasi.

Bidang Edukasi siap melayani :
* Pendampingan pengembangan semangat misioner untuk pengurus, penggerak, dan kelompok-kelompok Gerejawi.
* Pendampingan kelompok-kelompok kecil untuk ambil bagian
dan pengembangan jemaat.

Koleksi
Koleksi Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner berupa : Kayu, Tekstil, Kertas, Kulit, Bambu, Emas, Perak, Perunggu, Kuningan, Batu, Keramik, Kaca, Lukisan.
Lokasi Museum
Jalan Kartini 3, Muntilan 5641, Magelang - Jawa Tengah
Telp. (0293) 5505816.

4.       Sejarah Seminari Mertoyudan :
Gambar 06 Seminari Mertoyudan
Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan atau akrab disebut Seminari Mertoyudan adalah seminari menengah atau sekolah untuk para calon pastor setingkat SMA. Terletak di Mertoyudan, di pinggirjalan raya Magelang-Yogyakarta.

Sejarah

Awal berdirinya Seminari Menengah Mertoyudan tidak dapat dilepaskan dari 2 pemuda lulusan Kweekschool Muntilan yang berkeinginan menjadi imam, yakni Petrus Darmaseputra dan F.X. Satiman.
November 1911 mereka menghadap Romo Van Lith dan Romo Mertens SJ dan mohon agar diperkenankan belajar menyiapkan diri menjadi imam.
Niatan kedua pemuda ini, yang juga dengan mempertimbangkan kebutuhan imam di Indonesia, ternyata mampu mendorong munculnya gagasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi para calon imam. Proses perijinan dari Roma pun diurus, dan 30 Mei1912 izin resmi dari Roma keluar untuk memulai lembaga pendidikan calon imam di Indonesia. Kursus pendidikan tersebut diselenggarakan di Kolese Xaverius Muntilan.
Antara tahun 1916-1920 sudah ada 10 siswa Muntilan yang dikirim ke sekolah Latin yang diselenggarakan para pastor Ordo Salib Sucidi Uden, Belanda. Dua siswa meninggal dan seorang lagi terganggu kesehatannya, kemudian diambil kebijakan untuk menyelenggarakan pendidikan di Indonesia. Kursus di Muntilan pun disempurnakan.
Tanggal 7 September 1922, dua seminaris menjadi novis pertama pada Novisiat Serikat Yesus yang baru dibuka di Yogyakarta dengan rektor dan pimpinan novisiatnya Romo Strater SJ.
Mei 1925 dimulai Seminari Kecil (Klein Seminarie), yang gedungnya dibangun di sebelah barat kolese St. Ignatius Yogyakarta tanggal19 Desember 1927 dan diberkati Mgr APF van Velsen SJ. Kursus diadakan bagi mereka yang baru tamat Sekolah Dasar Hollands Inlandse School (HIS) dan Europese Lagere School (ELS). Bersamaan dengan itu kursus di Muntilan, bagi mereka yang sudah memiliki ijasah guru tetap, juga tetap berlangsung.
Sekitar tahun 1927 kursus ini digabung dengan Seminari Kecil di Yogyakarta. Karena jumlah siswnya meningkat hingga 100 siswa lebih, seminari dipindah ke MertoyudanMagelang. Pelajaran pertama dimulai 13 Januari 1941.
8 Maret 1942 tentara Belanda menyerah kepada Jepang. Gedung Seminari Mertoyudan diduduki Jepang dan digunakan untuk sekolah Pertanian Nogako. Tanggal 5 April 1942 para seminaris terpaksa pulang ke rumah masing-masing. Meski demikian pendidikan calon imam tetap dilangsungkan di berbagai pastoran, diantaranya di Boro, Yogyakarta, Ganjuran,
Muntilan, Girisonta, Ungaran, Semarang dan Solo. Pelajaran diberikan dengan sembunyi-sembunyi. Selama masa sulit ini, seminari lazim disebut Seminari in diaspora. Situasi ini berlangsung hingga 1945.
Dalam masa Revolusi Fisik, gedung Seminari Mertoyudan sempat dibumihanguskan. Sisa-sisa bangunan menjadi jarahan. Setelah situasi tenang, Seminari dibangun kembali oleh Vikariat Semarang dan berakhir Agustus 1952. Bangunan tersebut sekarang merupakan bagian dari gedung Domus Patrum dan Medan Madya. Setelah pembangunan selesai, selama liburan para seminaris pindah ke Mertoyudan.
Tanggal 3 Desember 1952 gedung Seminari Mertoyudan diberkati Mgr Albertus Soegijapranata SJ. Lima tahun kemudian dibangun gedung tambahan yang dipergunakan untuk seminari, yaitu Medan Utama dan Medan Pratama. Sejak saat itu semakin banyak murid tamatan SD yang diterima di Seminari Mertoyudan. Namun berdasar pertimbangan lain, tamatan SD tidak diterima lagi sejak tahun 1968. Yang diterima hanya tamatan SLTP dan SLTA.
Tahun 1971 siswa seminari lulusan SLTA tinggal di Yogyakarta dan mengikuti kuliah di IKIP Sanata Dharma hingga menyelesaikan pendidikan sarjana muda. Tahun 1972 siswa tamatan SLTA juga ditampung di Seminari Mertoyudan. Karena berbagai alasan, tahun 1974 di Wisma Realino Yogyakarta dibangun cabang Seminari untuk menampung siswa tamatan SLTA.
Di Mertoyudan dilakukan penambahan gedung. Tahun 1976 dilakukan penambahan gedung, yang diresmikan dan mulai dihuni oleh Seminaris Medan Utama. Tahun itu juga Seminari Cabang Yogyakarta digabung lagi dengan Seminari Mertoyudan hingga sekarang.

Peringatan

Peringatan HUT ke-90 Seminari Mertoyudan St Petrus Canisius Mertoyudan (1912-2002) Magelang ditandai dengan pertunjukan barongsai, jatilan, teater, musik, wayang kulit, dan bazar.
Open house diselingi pentas seni "campur jatilan" (kesenian tradisional ritual berkolaborasi kreasi baru) dari Muntilan. Kemudian, kesenian persembahan SMU Van Lith Yogyakarta, siswa, dan para guru setempat. Pada 27 April 2002, acara berlangsung hingga malam hari karena ada wayang kulit dengan dalang Bruder St Pius Lima Kirjo Utomo dari Kentungan, Yogyakarta.
Puncak acara, Minggu sore, 28 April 2002, berupa Misa Agung di gereja setempat. Upacara suci dipimpin empat Uskup alumni Seminari Mertoyudan.
Peringatan ulang tahun juga diisi "Safari Panggilan" lewat konser musik orkestra yang melibatkan 100 siswa seminari. Berlangsung di Jakarta (23-28 Januari 2002), Yogyakarta (2-3 Februari), Kedu (9-10 Maret), Semarang (16-17 Maret), dan di Surakarta (20-21 April). Konser dengan dirigen Paulus Umbu Tali, bimbingan Romo J Kristanto Pr, dan FX Sukendar PR, disertai para pembimbing. Antara lain, Romo Rektor FX Adi Susanto SY, Romo Alb Sadhyoko Rahardjo SY, dan Romo A Budi Wihandono Pr.
Orkestra Seminari Mertoyudan ini juga tampil pada acara pembukaan MTQ Pelajar Jawa Tengah, pada September 2002, yang berlangsung di Magelang.

5.       Hasil Refleksi :
Kegiatan Wisata Rohani ini memberikan manfaat yang besar bagi Saya. Saya dapat mengetahui seperti apa kebiasaan, budaya, dan kewajiban di SMA PL Van Lith ini. Saya juga dapat mengetahui sejarah dari Sma tersebut. Selain itu, Saya juga mengunjungi Museum Misi yang terletak tidak jauh dari Gereja St. Antonius. Disana saya dapat melihat secara langsung Kursi dan Altar yang digunakan oleh Paus Yohanes ke 2. Saya juga mengunjungi Seminari Mertoyudan. Itu adalah tempat dimana di didiknya para calon-calon Bruder. Sekian refleksi dari Saya dari semua kunjungan ini sangat berpengaruh bagi Saya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS