indonesian homework
02:59 |
Koda adalah pernyataan yang diberikan oleh narator yang mengisyaratkan
sebuah naratif telah berakhir. Dari data yang ada, responden mengakhiri
naratifnya dengan ungkapan (31) yang kepikir universitas negeri (31)
jadi gak kepikir [ke Universitas] Atma Jaya, dengan kata lain keberadaan
koda diwakilkan dalam bentuk frase implisit, yakni [UI saja].
Pernyataan terakhir yang diungkapkan oleh narator tidak lain adalah
jawaban dari pertanyaan, kenapa UI? Sehingga dapat dikatakan bahwa koda
juga merupakan urutan naratif yang mengembalikan naratif seperti ketika
dalam keadaan awalnya dan menutup kemungkinan sebuah pertanyaan, apa
yang terjadi kemudian?
Read User's Comments(0)
bla
16:26 |
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa penulis panjatkan. Atas
Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Karya Wisata Rohani ini. Selama proses penulisan laporan, tidak terlepas dari hambatan dan rintangan,
namun atas segala bantuan dan saran-saran dari berbagai pihak akhirnya
penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Antonius
Wirato Adi, S.S. selaku guru Agama SMP PL DOMENICO SAVIO Semarang yang telah memberikan
bimbingan dan arahan.
2.
Dra. Mei
Poniastuti selaku Wali Kelas penulis yang selalu memberikan bimbingan, arahan,
dorongan dan motivasi.
3.
Teman-teman
satu kelas SMP PL DOMENICO SAVIO Semarang yang telah membantu dalam pelaksanaan laporan ini.
4. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan semangat
dan doa.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah membantu baik secara moril maupun materiil dalam menyelesaikan
laporan ini.
Penulis
berharap mudah-mudahan semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan
kebajikan dari Tuhan YME. Amien
.
Semarang,
3 Februari 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ................................................ 1
DAFTAR ISI
................................................... 2
SEJARAH VAN LITH
.................................................. 3
SEJARAH FIC
..................................................... 10
SEJARAH MUSEUM MISI
.............................................. 11
SEJARAH SEMINARI
.................................................. 14
HASIL REFLEKSI ................................................... 17
LAPORAN
WISATA ROHANI
OLEH:
BUNGA KASIH S.
1.
SEJARAH
SMA PL VAN LITH:
Nama “Van Lith” yang
melekat di sekolah SMA PL Van Lith merupakan nama yang diambil dari Franciscus Georgius Josephus Van Lith
seorang misionaris Belanda yang ditugaskan di Indonesia. Penggunaan
nama “Van Lith” menunjukkan bahwa sekolah ini dinaungi, diilhami, dan
disemangati oleh cita-cita luhur Romo Van Lith.
|
Gambar 01 Romo Van Lith
|
Fasilitas di SMA PL Van
Lith :
1. Asrama Putera dan Puteri terdiri
atas 24 unit dengan daya tampung 100 putera dan 80 puteri
2. Ruang Kelas terdiri atas 18 ruang
3. Perpustakaan dan ruang baca
4. Ruang Laboratorium yang meliputi:
Lab. Kimia, Lab Biologi, Lab Komputer, Lab Fisika dan Lab Bahasa
5. Ruang-ruang lain seperti: aula,
kantin, ruang musik, bangsal, ruang pamong, dan sebagainya
6. Perlengkapan Olah Raga: 2 Lapangan
Basket, 2 Lapangan Volley, Lapangan Bulutangkis, Tenis Meja, dan Tenis
Lapangan, dan sebagainya.
7. Peralatan Musik
8. Tempat Ibadat
9. Ruang UKS dan dokter sekolah
10. Fasilitas lain yang memadai
Prestasi SMA
PL Van Lith :
1996
Juara I Gelar musik pelajar se-Jateng dan DIY Trophy Gubernur Jateng, Keyboardis terbaik Gelar musik pelajar se-Jateng dan DIY Trophy Gubernur Jateng, Juara IV Lomba Kimia se-Jateng dan DIY Piala Rektor IKIP Yogyakarta.
Juara I Gelar musik pelajar se-Jateng dan DIY Trophy Gubernur Jateng, Keyboardis terbaik Gelar musik pelajar se-Jateng dan DIY Trophy Gubernur Jateng, Juara IV Lomba Kimia se-Jateng dan DIY Piala Rektor IKIP Yogyakarta.
1997
Juara I Paduan Suara Putri Pekan Seni Pelajar (KANIJAR) tingkat kabupaten, Juara II Seni Tari Pekan Seni Pelajar (KANIJAR) tingkat kabupaten, Juara IV (Favorit) Festival Band Pelajar se-karisidenan Kedu.
Juara I Paduan Suara Putri Pekan Seni Pelajar (KANIJAR) tingkat kabupaten, Juara II Seni Tari Pekan Seni Pelajar (KANIJAR) tingkat kabupaten, Juara IV (Favorit) Festival Band Pelajar se-karisidenan Kedu.
2000
Juara II Cheerleader / Dance Tingkat Karisidenan Kedu, Juara II Olympiade Teknik Kimia V Tingkat SMA Se-Jawa Bali Di Universitas Katolik Widyamandala Surabaya.
Juara II Cheerleader / Dance Tingkat Karisidenan Kedu, Juara II Olympiade Teknik Kimia V Tingkat SMA Se-Jawa Bali Di Universitas Katolik Widyamandala Surabaya.
2002
Juara III Festival Musik HEXOS (Band ELCO).
Juara III Festival Musik HEXOS (Band ELCO).
2003
Lomba Porda (Oktober 2003) : 1) Peringkat I Tim Basket Putri 2) Peringkat II Tim Basket Putra 3) Peringkat III Bulutangkis Single Putra 4) Peringkat III Bulutangkis Single Putri.
Lomba Porda (Oktober 2003) : 1) Peringkat I Tim Basket Putri 2) Peringkat II Tim Basket Putra 3) Peringkat III Bulutangkis Single Putra 4) Peringkat III Bulutangkis Single Putri.
2004
Lomba di Universitas Sanata Dharma Yogya (April 2004) : 1) Peringkat I Speech Contest 2) Peringkat IV Debating Contest 3) Peringkat I dan II Desain WEBSITE.
Lomba di Universitas Sanata Dharma Yogya (April 2004) : 1) Peringkat I Speech Contest 2) Peringkat IV Debating Contest 3) Peringkat I dan II Desain WEBSITE.
Ciri lembaga pendidikan Van Lith :
•
Sekolah
kader mencetak pemimpin sebagai pelaku-pelaku perubahan sosial
•
Berasrama yang mengintegrasikan pendidikan formal,
informal, dan nonformal
•
Mengintegrasikan intelektualitas,
humanitas, sosialitas, dan religiositas
•
Nasionalis è Diawali dengan
mendidik orang pribumi Jawa agar pandai dan menyadari bahwa mereka sederajat
dengan bangsa Belanda yang menjajahnya
•
Mengapa Franciscus Georgius Josephus
Van Lith lebih memilih mendirikan sekolah calon guru ?
Karena
saat itu guru memiliki kedudukan startegis untuk mendidik pelaku-pelaku perubahan social.
•
Mengapa Franciscus Georgius Josephus
Van Lith lebih memilih mendirikan sekolah berasrama?
Karena asrama
mampu mengintegrasikan pendidikan formal, informal, dan nonformal serta
mengintegrasikan intelektualitas, humanitas, sosialitas, dan
religiositas.
Visi dan Misi SMA PL Van Lith :
Visi SMA Pangudi Luhur Van Lith adalah semangat
Kerajaan Allah yang berintikan keselamatan bagi semua orang "terutama yang
menderita dan terlupakan", yang diharapkan menjadi kenyataan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semangat tersebut diharapkan
merasuki seluruh dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan
usaha mewujudkannya terbuka untuk bekerja sama dengan semua saudara yang
berkehendak baik.
Misi SMA Pangudi Luhur Van Lith adalah mendampingi
kaum muda dengan mendahulukan yang miskin, melalui pendidikan sekolah
berasrama. Proses pendidikan tersebut memadukan unsur-unsur pendidikan formal,
informal dan nonformal yang mencangkup segi-segi religiositas, humanitas,
sosialitas dan intelektualitas. Pencapaiannya dilakukan dengan cara yang luwes
dalam suasana persaudaraan sejati yang saling asah, asih dan asuh.
Dasar dan Semangat SMA Pangudi Luhur
Van Lith
1. Dasar : Pancasila
2. Semangat : Iman Kristiani
Tujuan SMA Pangudi Luhur Van Lith
1. Mendampingi peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi-potensinya secara optimal dalam bidang pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai hidup yang diperlukan untuk siap
melanjutkan ke perguruan tinggi maupun hidup di tengah masyarakat. Mendampingi peserta didik agar mampu terus menerus
mengembangkan diri, sehingga pada waktunya dapat menjadi pemimpin yang tangguh,
berbobot, dan berdedikasi tinggi demi kemajuan masyarakat, bangsa, negara, dan
Gereja.
Guru Pendamping dan karyawan SMA PL Van
Lith :
No
|
Nama
|
Jabatan
|
1
|
Br. FA. Dwiyatno, S.Pd, MSI, FIC
|
Rektor & Kepala Sekolah
|
2
|
Br. Andrianus Sulistyo, FIC
|
Kepala Asrama
|
3
|
R. Baluk Nugroho, S. Pd
|
Geografi
|
4
|
Drs. M. Purwadi Istiyanto
|
Bahasa Indonesia
|
5
|
Dra. C. Kistiyarni
|
Bimbingan Konseling
|
6
|
A. Sukirdjo
|
Fisika
|
7
|
Drs. Y. Suwarinto
|
Matematika
|
8
|
Drs. Ant. Suratin
|
Sosiologi/Waka Kesiswaan
|
9
|
Dra. C. Cosma Elsih Lestari
|
Fisika
|
10
|
Drs. AM. Wahyu Hendranta
|
Ekonomi Akuntasi / Sosiologi
|
11
|
Y. Dwi Wahyuono, S.Pd
|
Matematika
|
12
|
A. Eddy Prasetya, S.Pd
|
Penjaskes
|
13
|
Ag. Subiyanti, S.Pd, M .Pd
|
Bahasa Inggris / Waka Kurikulum
|
14
|
Dra. Th. Enik Mutiarsih
|
Biologi
|
15
|
Antonius Wisnu, S.Pd
|
Bahasa Inggris
|
16
|
Yuliana Dewi S., S.Pd
|
Bahasa Indonesia
|
17
|
A. Retno Dewanti, S.Fk
|
Pendidikan Agama/ Sarana Prasarana
|
18
|
L. Prihatin, S.Pd
|
Kimia
|
19
|
Marius Sudarwiyana, S.Pd
|
Kimia
|
20
|
Drs. D. Teguh Budi Pudya R
|
Tata Negara/Sejarah
|
21
|
Dra. Y. Muji Handayani
|
Bimbingan Konseling/Waka Humas
|
22
|
Drs. H. Cahya Anggara
|
Kewarganegaraan
|
23
|
Roswita Rumsari, S.Si
|
Biologi
|
24
|
M. Susilowati, S.Pd
|
Ekonomi-Akuntasi / Sosiologi
|
25
|
Th. Eka Oktavianti, S. Pd
|
Bahasa Inggris
|
26
|
Andreas Ari Budiyono, S.Sn
|
Pendidikan Seni
|
27
|
V. Apriliani Indah P, S.Pd
|
Matematika
|
28
|
Liong Djoeng Lin
|
Bahasa Mandarin
|
29
|
Ratna Puspita
|
Bahasa Mandarin
|
31
|
Ant. Dwianta, S. Kom
|
TIK
|
31
|
Yosephine Retno Wilis
|
Administrasi Keuangan
|
32
|
Anik Iriyanti
|
Administrasi Keuangan
|
33
|
Listijandi Wahjudi, S.
|
Laporan S
|
34
|
Ag. Suroso
|
Laboran
|
35
|
Awan Andriatmo
|
Perpustakaan
|
36
|
FX. Trisyanto
|
Perpustakaan
|
37
|
Br. Johanes Sugiyono, S.Ag FIC
|
EKonom Asrama
|
38
|
Heribertus Eko Prasetyo
|
Pamong Kelas XII
|
39
|
P. Gara Hendratmoko
|
Pamong Kelas XI
|
40
|
Arnoldus Suluh
|
Pamong Kelas X
|
41
|
Sr. Carina, CB
|
Kepala Asrama dan Pamong Kelas XI
|
42
|
Sr. Baptista, CB
|
Pamong Kelas XI
|
43
|
Sr. Edhelberte, CB
|
Pamong Kelas X
|
Semboyan SMA PL Van Lith :
"Memardi Kartika Bangsa"
1. Arti kata
:
Memardi berasal dari kata
"mardi" atau "merdi" (bahasa Jawa), "memardi"
artinya 'membiasakan, mengajar, melatih supaya dan berusaha supaya.
Kartika berarti bintang. Dalam bahasa
sastra kata ini dipakai untuk menggambarkan cita-cita yang tinggi, harapan di
masa depan, terang atau pelita dalam kegelapan, pedoman arah, tetap, keteguhan
prinsip, berat, berbobot (jawa=mentes).
Bangsa berarti hidup bersama. Dalam
lingkup kecil hidup bersama adalah keluarga, asrama. Dalam lingkup lebih luas,
hidup bersama adalah hidup bermasyarakat
(RT,RW,Kampung,Desa), lingkungan kerja, pergaulan
sehari-hari. Dalam lingkup yang lebih luas lagi, hidup bersama bararti hidup
bernegara.
2. Makna :
Para
penyelenggara SMA
Pangudi Luhur Van Lith dengan seluruh kemampuan yang ada berusaha mengajar,
melatih, membiasakan agar para peserta didik menempatkan diri menjadi
"Kartika Bangsa" yang berarti sebagai berikut :
- Mampu memiliki dan meraih cita-cita yang setinggi mungkin menurut kemampuan.
- Harapan bangsa yang mampu tampil di masa depan, menjadi :
- Manusia yang berkualitas, berbobot, baik dalam bidang keterampilan, ilmu, mental/kepribadian/moral, rohani.
- Manusia yang memiliki ketetapan hati dan teguh dalam prinsip -prinsip yang benar, dengan demikian mampu menjadi :
- Pedoman arah, terang dan pelita bagi sesama/masyarakat yang ada dalam kegelapan.
Para
peserta didik dituntut
untuk 'berusaha' melatih dan membiasakan diri supaya 'mereka dapat semakin
mendekati cita-cita menjadi kartika bangsa' itu menurut bakat dan kemampuan
yang dimilikinya serta menurut lingkup yang dapat dicapainya. Penyelenggara
hanyalah bisa menghantar. Para peserta didiklah yang harus melangkah dan
berlari mengejar.
Mars SMA PL Van Lith :
Agitato con spirito
2/4
L/S : J.Sunarjo
Nyalakan, nyalakan Kobarkan,
kobarkan
Api Van Lith di dadamu. Bawalah,
bawalah
sebarkan sebarkan. Di sluruh tanah
airmu.
Jadilah perintis, jadilah pelopor,
dimasa
pembangunan. Kobarkan APIMU,
sukseskan
tugasmu, revolusi penebusan.
Bernyala, berkobar, semangat APIMU
di dada putra-putrimu,
Serentak, serentak, kujunjung,
kusebar untuk Nusa dan Bangsaku.
Kuterjang perintang, kudobrak
penghalang,
demi PANJIMU menang.
Putra dan Putrimu setia berjuang,
Apimu menyala terang.
Catatan:
Lagu ini diciptakan oleh Pak Soenarjo pada waktu masih menjadi Guru Bahasa Indonesia dan Kesenian di SPG Van Lith sebelum meletusnya G 30 S PKI 1965. Pada waktu itu Van Lith masih berbentuk SPG dimana para calon guru memiliki banyak kegiatan salah satunya adalah praktek mengajar agama. Pada jaman PKI kegiatan tersebut sering mendapat gangguan dan ejekan sehingga menurunkan mental para calon guru. Maka diciptakanlah sebuah lagu seruan yang bisa membangkitkan kembali semangat para murid SPG Van Lith, yang sekarang dikenal dengan Mars SMA Van Lith.
Lagu ini diciptakan oleh Pak Soenarjo pada waktu masih menjadi Guru Bahasa Indonesia dan Kesenian di SPG Van Lith sebelum meletusnya G 30 S PKI 1965. Pada waktu itu Van Lith masih berbentuk SPG dimana para calon guru memiliki banyak kegiatan salah satunya adalah praktek mengajar agama. Pada jaman PKI kegiatan tersebut sering mendapat gangguan dan ejekan sehingga menurunkan mental para calon guru. Maka diciptakanlah sebuah lagu seruan yang bisa membangkitkan kembali semangat para murid SPG Van Lith, yang sekarang dikenal dengan Mars SMA Van Lith.
Melodi dan Instrumental: Ardiatmoko (Diot), Alumni Van Lith Angk. 5 -Kapel Sadhar 04 Agustus 2004.
Gambar 03 Gereja St. Antonius
|
Gambar 02 SMA PL Van Lith
|
2.
Sejarah Komunitas
FIC Muntilan :
Gambar 04 Bruderan
|
Mulai munculnya
Bruderan di Muntilan, pada Tanggal 26 Desember 1921 Br. Bonifasius,
Br.Eustatius, Br. Wiro tiba di Tanjung Priok yang kemudian pada tanggal 30
Desember 1921, mereka membentuk komunitas di Muntilan, dengan pemimpin komunitas
Br. Bonifasius. Kenapa Muntilan? Mau melanjutkan karya misi Rm Van Lith.
|
Pada waktu itu didirikanlah sekolah untuk calon guru,
sebagai satu-satunya sekolah di Hindia Belanda. Jumlah muridnya mencapai lebih
dari 200 terus berkembang pernah menjadi ribuan.
Pada 17 Agustus 1922 datang dua bruder lagi menambah tenaga, yakni: Br.
Gerontius dan Br. Siardus. Sehingga jumlah bruder 14 orang. Demi pendampingan
siswa, maka dibangunlah konvik-konvik (asrama-asrama). Dari 1925 – 1929
didirikanlah 4 konvik untuk menampung lebih dari 200 murid. Pada 1924, sudah
terdapat 2 calon bruder Jawa yang menjalani Novisnya di Belanda: Aloysius Sugiardjo
dan Jacobus Hendrowarsito. Pada 1926: Br. Timotheus Wignjasubrata dan pada 1930
menyusul Br. Petrus Claver Atmasujitna à Pendidikan mereka di Belanda. Pada 21 Nopember 1930, dilakukan peletakaan batu
pertama untuk mendirikan Bruderan ke-2 di Tanah Jawa. Pembangunan terhenti
karena Merapi Melatus dengan sangat hebat. Pembangunan baru selesai dan
diberkati pada 8 September 1931.
Mulainya pendidikan Calon karena Telah tersedia
konvik-konvik yang kosong untuk para calon Bruder. Tempatnya menjadi satu
dengan bruderan. Pada 1 Agustus 1936, dimulailah pendidikan calon bruder di
Muntilan – Jawa hingga sekarang.
3.
Sejarah Museum Misi :
Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM)
Latar Belakang dan Sejarah Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM)
mulai ada sejak 23 Juli 1998. Latar belakang (jauh) dari Museum Misi Muntilan,
pada awalnya adalah "Refleksi Sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang
(KAS) " yang merupakan salah satu kegiatan untuk merayakan tahun emas (50
th) Gereja KAS tahun 1991. Hasil refleksi tersebut dibukukan dalam buku
"Sejarah Singkat Gereja KAS".
Museum Misi Muntilan muncul dalam dalam arti
dimulainya suatu proses mencari-cari suatu bentuk pelayanan yang bias menjadi
alternative untuk menjawab berbagai tantangan zaman di Keuskupan Agung
Semarang. Kota Muntilan dipilih untuk lokasi karena bermacam-macam alas an,
antara lain karena julukan sebagai "Betlehem Van Jawa".
Gedung Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner
(MMM PAM) pada tanggal 14 Desember 2004 diresmikan oleh Uskup Agung Semarang,
Mgr. Ignatius Suharyo.
Museum
Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM) adalah karya permuseuman yang
menekankan pendalaman dan pengembangan pesan iman untuk kepentingan
Pengembangan Gereja Lokal, sehingga Gereja semakin bermakna bagi warganya. Maka
para pengunjung hanya akan dilayani kalau mau menyediakan waktu berada di MMM
PAM paling tidak selama dua jam. Bahkan MMM PAM menerima kelompok-kelompok yang
mau pendalaman hidup rohani paling tidak selama 5 jam. Tidak sedikit yang dilayani
selama sehari-semalam bahkan tiga hari. Pola pelayanan seperti ini pernah
menjadi perdebatan ramai, karena museum "kok untuk rekoleksi, retret, dan
pelatihan".
Ternyata kini baru diketahui oleh Tim Kerja MMM PAM bahwa karya permuseuman itu ada dua macam: museograf dan museologi. Moseograf menekankan museum sebagai tempat menyimpan dan memelihara benda-benda koleksi. Museologi menekankan pesan hidup dari benda-benda koleksi untuk didalami dan dikembangkan dalam konteks hidup kongkret demi pengembangan hidup di masa depan.
Tanpa
mengesampingkan dimensi moseograf, MMM PAM menekankan dimensi museologi. Ini
sesuai dengan gambaran Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. I. Suharyo, untuk
membuat MMM PAM sebagai museum hidup. Dalam MMM PAM ada upaya memelihara dan
mengembangkan pola misioner rintisan Rama van Lith, S.J. dan teman-temannya
yang kemudian dipercayakan kepada kaum pribumi. Maka MMM PAM amat menekankan
Bidang Edukasi. Semua fungsionaris MMM PAM, termasuk Bidang Koleksi dan Bidang
Konservasi-Preparasi, harus mampu ikut ambil bagian menjadi animator misioner
sebagaimana ada dalam Bidang Edukasi.
Pengertian Umum :
Ketika MMM PAM sedang direncanakan,
Uskup Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharyo, meminta agar museum misi di
Muntilan menjadi museum yang hidup. Karya museum ini harus ikut ambil bagian
membangun dan mengembangkan Gereja yang bermakna bagi warganya. Untuk
kepentingan ini, maka Bidang Edukasi menjadi "nyawa" yang membuat
hidup museum.
Dengan cita-cita membangun museum yang hidup, salah satu lembaga yang ada di Keuskupan Agung Semarang secara praktis dilebur menjadi lembaga MMM PAM. Lembaga yang dilebur itu bernama Pelayanan Pendampingan Penggembala Jemaat Keuskupan Agung Semarang (P3J KAS) yang dibentuk pada tahun 1981. Pada mulanya P3J KAS adalah Panitia Kerja Misioner yang menjalankan tugas-tugas Komisi Karya Misioner Keuskupan Agung Semarang (KKM KAS). Mulai dengan tahun 1990 P3J KAS bekerja dengan kantor yang efektif. Semenjak tahun 1997 P3J KAS juga menjadi pelaksana program kerja Karya Kepausan Indonesia Keuskupan Agung Semarang (KKI KAS). Ketika baru menjadi pelaksana kerja KKM KAS, P3J KAS hanya bergerak di bidang pengembangan pengurus, penggerak dan calon pengurus dan penggerak paroki. Namun pada tahun 1994 P3J KAS memang mulai merambah di kalangan anak-anak untuk mempersiapkan keterlibatan mereka di paroki, sehingga muncul program bina dewan paroki sejak dini. Perhatian kepada anak inilah yang membawa P3J KAS masuk ke karya KKI KAS. Karena Tim Kerja P3J KAS sudah cukup biasa menangani program-program misioner, maka semua fungsionaris dalam P3J KAS dimasukkan ke dalam Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM). Dengan surat Uskup Agung Semarang no. 1062/A/XI/06 pada tanggal 15 Desember 2006, KKM KAS dan KKI KAS dinyatakan sama seperti satu mata uang dengan dua sisi. Dalam surat itu juga dinyatakan bahwa MMM PAM menjadi sarana tugas perutusan KKM-KKI KAS.
Dengan cita-cita membangun museum yang hidup, salah satu lembaga yang ada di Keuskupan Agung Semarang secara praktis dilebur menjadi lembaga MMM PAM. Lembaga yang dilebur itu bernama Pelayanan Pendampingan Penggembala Jemaat Keuskupan Agung Semarang (P3J KAS) yang dibentuk pada tahun 1981. Pada mulanya P3J KAS adalah Panitia Kerja Misioner yang menjalankan tugas-tugas Komisi Karya Misioner Keuskupan Agung Semarang (KKM KAS). Mulai dengan tahun 1990 P3J KAS bekerja dengan kantor yang efektif. Semenjak tahun 1997 P3J KAS juga menjadi pelaksana program kerja Karya Kepausan Indonesia Keuskupan Agung Semarang (KKI KAS). Ketika baru menjadi pelaksana kerja KKM KAS, P3J KAS hanya bergerak di bidang pengembangan pengurus, penggerak dan calon pengurus dan penggerak paroki. Namun pada tahun 1994 P3J KAS memang mulai merambah di kalangan anak-anak untuk mempersiapkan keterlibatan mereka di paroki, sehingga muncul program bina dewan paroki sejak dini. Perhatian kepada anak inilah yang membawa P3J KAS masuk ke karya KKI KAS. Karena Tim Kerja P3J KAS sudah cukup biasa menangani program-program misioner, maka semua fungsionaris dalam P3J KAS dimasukkan ke dalam Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM). Dengan surat Uskup Agung Semarang no. 1062/A/XI/06 pada tanggal 15 Desember 2006, KKM KAS dan KKI KAS dinyatakan sama seperti satu mata uang dengan dua sisi. Dalam surat itu juga dinyatakan bahwa MMM PAM menjadi sarana tugas perutusan KKM-KKI KAS.
Tugas Umum :
Pelaksanaan tugas Bidang Edukasi MMM PAM
didasarkan pada Pedoman Pelaksanaan Komisi Karya Misioner Keuskupan Agung Semarang
(PP KKM KAS). Pada dasarnya Bidang Edukasi membantu Uskup untuk menata dan
menggerakkan karya misioner di Keuskupan Agung Semarang melalui pengembangan
Gereja lokal sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban murid Kristus (PP KKM KAS
ps. 3.1).
Sebagai pembantu Uskup yang diprogramkan
dan dilakukan oleh Bidang Edukasi MMM PAM terutama menjamin terlaksananya
gerakan partisipasi warga Katolik pada kerasulan Gereja (ps. 5). Dalam hal ini
ada ada tiga macam bidang kerasulan yang menjadi perhatian MMM PAM (ps. 8) :
*Penumbuhan dan pengembangan iman umat
pada umumnya.
*Pengembangan iman anak dan remaja.
*Pengembangan panggilan imam dan hidup bakti.
Pengembangan iman Kristiani dilakukan dengan tiga pegangan pokok: Kitab Suci, pedoman-pedoman dan tradisi Gereja, dan perkembangan situasi hidup dan budaya setempat (tanda-tanda zaman). Dalam hal ini MMM PAM ditempatkan sebagai salah satu dari tradisi Gereja, tetapi di Keuskupan Agung Semarang memiliki makna historis yang ikut membentuk warisan nilai-nilai iman sehingga terjadi ungkapan dan perwujudan Gereja lokal seperti sekarang. Di sini Bidang Edukasi bertugas menggali nilai-nilai warisan karya misi dari benda-benda koleksi yang dipandang memiliki makna pengembangan misioner untuk masa kini.
Dalam pelaksanaan tugas menggali nilai-nilai warisan misioner tersebut, Bidang Edukasi berupaya menjalankannya dengan model narasi kerakyatan, dalam arti tidak memakai pendekatan sistematis-akademis. Hal ini tidak berarti Bidang Edukasi mengesampingkan pendapat ahli dan buku-buku dalam perpustakaan. Semua (kisah-kisah lisan, pendampat ahli, buku-buku) diramu dan dikemas dalam olahan yang animatif (menyentuh lubuk hati) bagi pengunjung dan atau kelompok bina yang datang di MMM PAM. Kata animatif berasal kata Latin "anima" yang berarti jiwa. Maka tampilan segar dan menggembirakan menjadi ciri utama untuk mengusung pesan-pesan iman yang terkandung dalam benda-benda koleksi. Nyanyian, doa, yel-yel dan apa saja yang mampu menyentuh hati amat dihargai di dalam karya Bidang Edukasi.
Bidang Edukasi siap melayani :
*Pengembangan panggilan imam dan hidup bakti.
Pengembangan iman Kristiani dilakukan dengan tiga pegangan pokok: Kitab Suci, pedoman-pedoman dan tradisi Gereja, dan perkembangan situasi hidup dan budaya setempat (tanda-tanda zaman). Dalam hal ini MMM PAM ditempatkan sebagai salah satu dari tradisi Gereja, tetapi di Keuskupan Agung Semarang memiliki makna historis yang ikut membentuk warisan nilai-nilai iman sehingga terjadi ungkapan dan perwujudan Gereja lokal seperti sekarang. Di sini Bidang Edukasi bertugas menggali nilai-nilai warisan karya misi dari benda-benda koleksi yang dipandang memiliki makna pengembangan misioner untuk masa kini.
Dalam pelaksanaan tugas menggali nilai-nilai warisan misioner tersebut, Bidang Edukasi berupaya menjalankannya dengan model narasi kerakyatan, dalam arti tidak memakai pendekatan sistematis-akademis. Hal ini tidak berarti Bidang Edukasi mengesampingkan pendapat ahli dan buku-buku dalam perpustakaan. Semua (kisah-kisah lisan, pendampat ahli, buku-buku) diramu dan dikemas dalam olahan yang animatif (menyentuh lubuk hati) bagi pengunjung dan atau kelompok bina yang datang di MMM PAM. Kata animatif berasal kata Latin "anima" yang berarti jiwa. Maka tampilan segar dan menggembirakan menjadi ciri utama untuk mengusung pesan-pesan iman yang terkandung dalam benda-benda koleksi. Nyanyian, doa, yel-yel dan apa saja yang mampu menyentuh hati amat dihargai di dalam karya Bidang Edukasi.
Bidang Edukasi siap melayani :
* Pendampingan pengembangan semangat
misioner untuk pengurus, penggerak, dan kelompok-kelompok Gerejawi.
* Pendampingan kelompok-kelompok kecil
untuk ambil bagian
dan pengembangan jemaat.
Koleksi
Koleksi Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner berupa : Kayu, Tekstil, Kertas, Kulit, Bambu, Emas, Perak, Perunggu, Kuningan, Batu, Keramik, Kaca, Lukisan.
Koleksi Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner berupa : Kayu, Tekstil, Kertas, Kulit, Bambu, Emas, Perak, Perunggu, Kuningan, Batu, Keramik, Kaca, Lukisan.
Lokasi Museum
Jalan Kartini 3, Muntilan 5641, Magelang - Jawa Tengah
Telp. (0293) 5505816.
Jalan Kartini 3, Muntilan 5641, Magelang - Jawa Tengah
Telp. (0293) 5505816.
4.
Sejarah Seminari Mertoyudan :
Gambar 06
Seminari Mertoyudan
|
Seminari Petrus Kanisius
Mertoyudan atau akrab disebut Seminari Mertoyudan adalah seminari menengah atau sekolah
untuk para calon pastor setingkat SMA. Terletak di Mertoyudan, di pinggirjalan raya Magelang-Yogyakarta.
Sejarah
Awal berdirinya Seminari Menengah Mertoyudan tidak
dapat dilepaskan dari 2 pemuda lulusan Kweekschool Muntilan yang
berkeinginan menjadi imam, yakni Petrus Darmaseputra dan F.X. Satiman.
November 1911 mereka
menghadap Romo Van Lith dan
Romo Mertens SJ dan mohon agar diperkenankan belajar menyiapkan diri menjadi
imam.
Niatan kedua pemuda ini, yang juga dengan
mempertimbangkan kebutuhan imam di Indonesia, ternyata mampu mendorong
munculnya gagasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi para calon imam.
Proses perijinan dari Roma pun diurus, dan 30 Mei1912 izin
resmi dari Roma keluar untuk memulai lembaga pendidikan calon imam di
Indonesia. Kursus pendidikan tersebut diselenggarakan di Kolese Xaverius
Muntilan.
Antara tahun 1916-1920 sudah
ada 10 siswa Muntilan yang dikirim ke sekolah Latin yang diselenggarakan para
pastor Ordo Salib Sucidi Uden, Belanda. Dua
siswa meninggal dan seorang lagi terganggu kesehatannya, kemudian diambil
kebijakan untuk menyelenggarakan pendidikan di Indonesia. Kursus di Muntilan
pun disempurnakan.
Tanggal 7 September 1922, dua seminaris menjadi
novis pertama pada Novisiat Serikat Yesus yang baru dibuka di Yogyakarta dengan rektor dan pimpinan novisiatnya Romo Strater
SJ.
Mei 1925 dimulai
Seminari Kecil (Klein Seminarie), yang gedungnya dibangun di sebelah
barat kolese St. Ignatius Yogyakarta tanggal19 Desember 1927 dan
diberkati Mgr APF van Velsen SJ. Kursus diadakan bagi mereka yang baru tamat Sekolah Dasar Hollands Inlandse School (HIS) dan Europese Lagere School (ELS). Bersamaan dengan itu kursus di Muntilan, bagi
mereka yang sudah memiliki ijasah guru tetap, juga tetap berlangsung.
Sekitar tahun 1927 kursus
ini digabung dengan Seminari Kecil di Yogyakarta. Karena jumlah siswnya
meningkat hingga 100 siswa lebih, seminari dipindah ke MertoyudanMagelang.
Pelajaran pertama dimulai 13 Januari 1941.
8 Maret 1942 tentara
Belanda menyerah kepada Jepang. Gedung Seminari Mertoyudan diduduki Jepang dan
digunakan untuk sekolah Pertanian Nogako. Tanggal 5 April 1942 para
seminaris terpaksa pulang ke rumah masing-masing. Meski demikian pendidikan
calon imam tetap dilangsungkan di berbagai pastoran, diantaranya di Boro, Yogyakarta, Ganjuran,
Muntilan, Girisonta, Ungaran, Semarang dan Solo. Pelajaran diberikan
dengan sembunyi-sembunyi. Selama masa sulit ini, seminari lazim disebut
Seminari in diaspora.
Situasi ini berlangsung hingga 1945.
Dalam masa Revolusi Fisik, gedung Seminari Mertoyudan
sempat dibumihanguskan. Sisa-sisa bangunan menjadi jarahan. Setelah situasi
tenang, Seminari dibangun kembali oleh Vikariat Semarang dan berakhir Agustus 1952. Bangunan tersebut
sekarang merupakan bagian dari gedung Domus
Patrum dan Medan Madya. Setelah pembangunan
selesai, selama liburan para seminaris pindah ke Mertoyudan.
Tanggal 3 Desember 1952 gedung
Seminari Mertoyudan diberkati Mgr Albertus
Soegijapranata SJ.
Lima tahun kemudian dibangun gedung tambahan yang dipergunakan untuk seminari,
yaitu Medan Utama dan Medan
Pratama. Sejak saat itu semakin banyak murid tamatan SD yang diterima di
Seminari Mertoyudan. Namun berdasar pertimbangan lain, tamatan SD tidak
diterima lagi sejak tahun 1968. Yang diterima hanya
tamatan SLTP dan SLTA.
Tahun 1971 siswa
seminari lulusan SLTA tinggal di Yogyakarta dan mengikuti kuliah di IKIP Sanata
Dharma hingga menyelesaikan pendidikan sarjana muda. Tahun 1972 siswa
tamatan SLTA juga ditampung di Seminari Mertoyudan. Karena berbagai alasan,
tahun 1974 di Wisma
Realino Yogyakarta dibangun
cabang Seminari untuk menampung siswa tamatan SLTA.
Di Mertoyudan dilakukan penambahan gedung. Tahun 1976 dilakukan
penambahan gedung, yang diresmikan dan mulai dihuni oleh Seminaris Medan Utama.
Tahun itu juga Seminari Cabang Yogyakarta digabung lagi dengan Seminari
Mertoyudan hingga sekarang.
Peringatan
Peringatan HUT ke-90 Seminari Mertoyudan St Petrus
Canisius Mertoyudan (1912-2002) Magelang ditandai dengan pertunjukan barongsai, jatilan,
teater, musik, wayang kulit,
dan bazar.
Open house diselingi pentas seni "campur jatilan"
(kesenian tradisional ritual berkolaborasi kreasi baru) dari Muntilan.
Kemudian, kesenian persembahan SMU Van Lith Yogyakarta, siswa, dan para guru
setempat. Pada 27 April 2002,
acara berlangsung hingga malam hari karena ada wayang kulit dengan dalang
Bruder St Pius Lima Kirjo Utomo dari Kentungan, Yogyakarta.
Puncak acara, Minggu sore, 28 April 2002,
berupa Misa Agung di gereja setempat. Upacara suci dipimpin empat Uskup alumni
Seminari Mertoyudan.
Peringatan ulang tahun juga diisi "Safari
Panggilan" lewat konser musik orkestra yang
melibatkan 100 siswa seminari. Berlangsung di Jakarta (23-28 Januari 2002),
Yogyakarta (2-3 Februari), Kedu (9-10 Maret), Semarang (16-17 Maret), dan di
Surakarta (20-21 April). Konser dengan dirigen Paulus Umbu Tali, bimbingan Romo
J Kristanto Pr, dan FX Sukendar PR, disertai para pembimbing. Antara lain, Romo
Rektor FX Adi Susanto SY, Romo Alb Sadhyoko Rahardjo SY, dan Romo A Budi
Wihandono Pr.
Orkestra Seminari Mertoyudan ini juga tampil pada
acara pembukaan MTQ Pelajar Jawa Tengah, pada September 2002, yang berlangsung
di Magelang.
5.
Hasil Refleksi :
Kegiatan Wisata Rohani ini memberikan manfaat yang
besar bagi Saya. Saya dapat mengetahui seperti apa kebiasaan, budaya, dan
kewajiban di SMA PL Van Lith ini. Saya juga dapat mengetahui sejarah dari Sma
tersebut. Selain itu, Saya juga mengunjungi Museum Misi yang terletak tidak
jauh dari Gereja St. Antonius. Disana saya dapat melihat secara langsung Kursi
dan Altar yang digunakan oleh Paus Yohanes ke 2. Saya juga mengunjungi Seminari
Mertoyudan. Itu adalah tempat dimana di didiknya para calon-calon Bruder.
Sekian refleksi dari Saya dari semua kunjungan ini sangat berpengaruh bagi
Saya.
Subscribe to:
Posts (Atom)